Jumat, 17 Oktober 2008

Yok opo rek

Seseorang tiba-tiba menyeberang di depan ku. Aku tertegun. Kucoba mencari, ada apa gerangan dengan seseorang tadi. Setelah lima belas menit berlalu, belum ada jawaban. Tanpa putus asa sedikitpun, ku terus mereka-reka. Siapa dia? Mengapa dia lewat begitu cepat, tapi melekat dalam ingatan. Ingatan yang mana? Kucoba pula menelusuri seluruh kejadian yang belum lama lewat.
Sehari pun berlalu. Aku mencoba mengingat pukul berapa aku lewat di bawah jembatan layang dekat Bungurasih itu? Ya, kiranya tak lebih dari pukul satu siang. Panas amat terik. Udara begitu kering. Hampir tak ada angin. Kendaraan tak begitu banyak yang lewat....

Kamis, 16 Oktober 2008

Arek dan Kekerasan

Banyak orang mengidentifikasi Arek dengan kekerasan. Mengapa? Karena banyak tindak kekerasan dilakukan mengatasnamakan Arek, misalnya Arek Suroboyo dan Arek Malang (Arema) yang terlibat dalam Bonek maupun Aremania. Identifikasi banyak orang itu bisa benar bisa pula tidak. Benar jika kita memandang bahwa Arek yang berbaju Bonek dan Aremania itu merupakan bagian dari karakter budaya arek. Kita bisa mengatakan salah jika kekerasan dipandang bisa terjadi pada siapa saja, dan Bonek serta Aremania hanyalah salah satu kisi dari budaya Arek. Yang penting kita sadari adalah bahwa budaya Arek dibangun oleh situasi yang memang keras. Situasi manusia Pulau yang kini berubah menjadi manusia pesisir. Berkorelasi dengan asimilasi Arek dengan Mataraman. Jadi, kekerasan di satu sisi merupakan budaya yang lahir dari uapaya mempertahankan hidup, dan disisi lain merupakan bentuk perubahan yang mengikuti lingkungan sekitarnya. Sampai Jumpa (Autar)

Rabu, 08 Oktober 2008

uji coba

Blog ini berisi budaya arek